Sekelumit Kisah Dari Festival Arak Deres Di Desa Sidomulyo - Lensa Pacitan

Menu

Mode Gelap
Ulah Iseng Siswi SMP di Pacitan Jari dimasukkan Ke Lubang Kursi Puluhan Kapal Nelayan Cilacap Berteduh di Teluk Pacitan Akibat Cuaca Buruk Tanly Jajaki Investasi Hotel di Pacitan, Bupati Sambut Positif Pasar Hewan di Pacitan Kembali Dibuka dengan Pengawasan Ketat, 1.369 Ekor Ternak Terinfeksi PMK Diduga Curi Uang dan Emas, Warga Nawangan Diamankan Polisi Wisma Atlet Pacitan Direhabilitasi, Siap Jadi Hunian Bagi Atlet

Kebudayaan

Sekelumit Kisah Dari Festival Arak Deres Di Desa Sidomulyo

badge-check

KEBONAGUNG – lensapacitan.com – Menyadap nira kelapa bukanlah pekerjaan sepele. Perlu di ramu dengan doa, ketelitian dan kesabaran. Pekerjaan yang sudah turun temurun dari jaman dulu di Desa Sidomulyo, Kecamatan Kebonagung, Pacitan. Kini di rangkum dalam sebuah festival “Arak Deres”.

Menurut sang penggagas festival Arak Deres. Nama arak bukanlah sebuah minuman yang memabukkan, tapi merupakan iring-iringan para penyadap nira kelapa .Sehingga nama festival Arak Deres ini berarti iring-iringan para penyadap nira kelapa.

” Jadi festival ini merupakan rasa syukur dan rasa menghormati kepada para penyadap nira untuk di jadikan gula merah dan juga bahan makanan maupun minuman yang berasal dari nira kelapa,” kata Restu Wulan Sindy Octari,Sabtu (4/11).

Perempuan alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Jawa Tengah. Berpendapat bahwa, masyarakat di sekitarnya berkat dari menyadap nira kelapa bisa menghantarkan anak-anaknya untuk bersekolah sampai menuntut ilmu di perguruan tinggi.

“Menyadap nira kelapa ini merupakan roda perekonomian masyarakat di sini, nyatanya dari hasil tersebut bisa untuk menyekolahkan anak-anaknya, bahkan tidak sedikit yang meneruskan sampai ke perguruan tinggi,” ungkapnya.

Wulan sapaan akrabnya berharap, dengan adanya festival Arak Deres ini bisa menjadikan desanya menjadi desa yang lebih maju dan sejahtera, roda perekonomian masyarakat dari hasil menyadap nira jangan sampai hilang, karena menurutnya itu pekerjaan mulia yang bisa menghidupi keluarga.

” Kita tidak perlu gengsi, saya bisa sekolah sampai kuliah itupun biayanya dari hasil menyadap nira kelapa, maka dari itu festival Arak Deres merupakan festival bersyukur dan semoga pekerjaan mulia ini bisa terus bertumbuh dan jangan sampai hilang,” terang Wulan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Konser Gamelan Klasik di Dalam Goa Tabuhan

7 Desember 2024 - 19:00 WIB

Melestarikan Tradisi, Brojo Geni Pacitan Tampilkan Atraksi Spektakuler

17 November 2024 - 16:48 WIB

Festival Arak Deres di Desa Sidomulyo, Pacitan, Ajang Pelestarian Budaya dan Penggerak Ekonomi

20 Oktober 2024 - 13:20 WIB

Balbalan Geni hingga Tayub Massal Meriahkan Festival Budaya Watu Bale

18 Oktober 2024 - 23:17 WIB

Ritual Adat dan Prosesi Pembuatan Gerabah Meriahkan Festival Lempung Agung 2024 di Desa Purwoasri

14 Oktober 2024 - 09:00 WIB

Trending di Kebudayaan