KEBONAGUNG – lensapacitan.com – Menyadap nira kelapa bukanlah pekerjaan sepele. Perlu di ramu dengan doa, ketelitian dan kesabaran. Pekerjaan yang sudah turun temurun dari jaman dulu di Desa Sidomulyo, Kecamatan Kebonagung, Pacitan. Kini di rangkum dalam sebuah festival “Arak Deres”.
Menurut sang penggagas festival Arak Deres. Nama arak bukanlah sebuah minuman yang memabukkan, tapi merupakan iring-iringan para penyadap nira kelapa .Sehingga nama festival Arak Deres ini berarti iring-iringan para penyadap nira kelapa.
” Jadi festival ini merupakan rasa syukur dan rasa menghormati kepada para penyadap nira untuk di jadikan gula merah dan juga bahan makanan maupun minuman yang berasal dari nira kelapa,” kata Restu Wulan Sindy Octari,Sabtu (4/11).
Perempuan alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Jawa Tengah. Berpendapat bahwa, masyarakat di sekitarnya berkat dari menyadap nira kelapa bisa menghantarkan anak-anaknya untuk bersekolah sampai menuntut ilmu di perguruan tinggi.
“Menyadap nira kelapa ini merupakan roda perekonomian masyarakat di sini, nyatanya dari hasil tersebut bisa untuk menyekolahkan anak-anaknya, bahkan tidak sedikit yang meneruskan sampai ke perguruan tinggi,” ungkapnya.
Wulan sapaan akrabnya berharap, dengan adanya festival Arak Deres ini bisa menjadikan desanya menjadi desa yang lebih maju dan sejahtera, roda perekonomian masyarakat dari hasil menyadap nira jangan sampai hilang, karena menurutnya itu pekerjaan mulia yang bisa menghidupi keluarga.
” Kita tidak perlu gengsi, saya bisa sekolah sampai kuliah itupun biayanya dari hasil menyadap nira kelapa, maka dari itu festival Arak Deres merupakan festival bersyukur dan semoga pekerjaan mulia ini bisa terus bertumbuh dan jangan sampai hilang,” terang Wulan.