Menu

Mode Gelap
Belum Cair, Cek Rp3 Miliar Milik Tarman Hilang “Ketlisut” Agar Aman dan Sehat, Penjamah Makanan MBG di Pacitan Dapat Pembekalan Higiene Sanitasi Jaga Kualitas Makan Bergizi Gratis, BGN Gelar Bimtek Penjamah Makanan di Pacitan Pedet Berkaki Enam Lahir di Pringkuku, Pacitan, Bikin Heboh Warga DBHCHT Pacitan Dorong Peningkatan Layanan Kesehatan, Dinkes Salurkan Rp 10,28 Miliar untuk Obat dan Renovasi Faskes Keracunan Gas di Terowongan, Dua Penambang Pacitan Meninggal Dunia

Feature

Tanaman Porang, Umbi-Umbian Dengan Potensi Ekspor Yang Menjanjikan

badge-check


 Tanaman Porang, Umbi-Umbian Dengan Potensi  Ekspor Yang Menjanjikan Perbesar

TEGALOMBO – Porang, Komoditas Potensial yang Kini Booming di Pacitan. Porang kini menjadi salah satu komoditas unggulan yang banyak dibudidayakan di Pacitan. Tanaman ini memanfaatkan lahan kritis yang tidak produktif, dengan proses budidaya yang relatif mudah serta cocok untuk segala jenis cuaca dan musim. Bahkan, porang telah menembus pasar ekspor sebagai bahan baku pembuatan mie instan, lem, dan gel.

Seperti yang dilakukan oleh sejumlah petani di Desa Kebondalem, Kecamatan Tegalombo, mereka memanfaatkan lahan setengah kering di kawasan perbukitan untuk membudidayakan tanaman porang. Tanaman ini, yang tergolong baru di Pacitan, langsung menarik minat para petani, terutama di wilayah dengan kondisi lahan yang kurang subur.

Proses budidaya porang dimulai dari tahap pembibitan, yang umumnya menggunakan tiga metode: bubil katak, umbi kecil, atau bunga. Namun, metode bubil katak kini lebih sering digunakan karena risiko kegagalannya lebih kecil dan biayanya lebih hemat. Setelah tahap pembibitan di kantong plastik, bibit porang kemudian ditanam. Tanaman ini baru bisa dipanen ketika pohon dan daunnya menguning atau mati.

Bagian yang dipanen adalah umbi yang terdapat di pangkal batang di dalam tanah, sementara bubil katak yang tumbuh di atas daun digunakan sebagai bibit untuk budidaya berikutnya. Umbi porang dari petani biasanya dijual kepada pengepul dengan harga sekitar Rp10.000 per kilogram.

Setelah itu, pengepul mengolah umbi porang dengan merajang tipis-tipis menggunakan mesin, kemudian menjemurnya hingga kering. Umbi yang sudah berbentuk lempengan kering (chips) ini dijual ke pabrik pengolahan di Madiun dengan harga sekitar Rp70.000 per kilogram. Dari pabrik, produk porang ini kemudian dikemas untuk diekspor ke berbagai negara seperti Jepang, Cina, dan sejumlah negara di Eropa.

Budidaya porang yang menjanjikan ini tidak hanya memberikan nilai tambah bagi petani di wilayah perbukitan Pacitan, tetapi juga berpotensi menjadi penggerak ekonomi daerah melalui ekspor.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

DWP Diskuperin Pacitan Gelar Fashion Show Batik, Dorong Generasi Muda Cintai Warisan Leluhur

2 Oktober 2025 - 11:30 WIB

Bhabinkamtibmas Tegalombo Sulap Ceker Ayam Jadi Kerupuk Gurih, Berawal dari Mimpi, Omzet Jutaan

18 Agustus 2025 - 20:10 WIB

Rayakan Kemerdekaan, Rumah Zakat dan Pokmas Gelar Aksi Bersih Pantai dan Tanam Mangrove

18 Agustus 2025 - 13:24 WIB

PLN Nusantara Power dan Warga Dersono Gelar Upacara Bendera di Atas Perahu Sungai Maron

17 Agustus 2025 - 11:22 WIB

Seorang Jemaah Pacitan Tertunda Kepulangannya karena Sakit, Masih Dirawat di Madinah

29 Juni 2025 - 18:12 WIB

Trending di Feature