Ngadirojo – Kasus Leptospirosis atau yang dikenal masyarakat sebagai “virus tikus” masih menjadi perhatian serius di Kecamatan Ngadirojo, terutama saat musim tanam hingga panen. Meski demikian, pada tahun ini angka kasus menunjukkan penurunan signifikan dibanding tahun sebelumnya.
Kepala UPT Puskesmas Ngadirojo, dr. Rini Endrawati, mengungkapkan bahwa tren penurunan ini menjadi hasil dari pembelajaran dan penanganan intensif yang dilakukan tahun-tahun sebelumnya.
“Tahun ini angka kejadian Leptospirosis turun signifikan, belajar dari kasus tahun sebelumnya,” ujarnya ditulis Minggu (11/5/2025).
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira, yang ditularkan melalui air atau tanah yang terkontaminasi urin tikus. Gejala yang muncul di antaranya pusing, gelisah, mual muntah, diare, demam , serta nyeri pada kaki atau betis.
Sebagai langkah antisipasi, Puskesmas Ngadirojo bersama lintas sektor terus menggencarkan upaya pencegahan. Selain sosialisasi kepada masyarakat, juga dilakukan pemasangan perangkap tikus (trap) di sejumlah titik yang terdeteksi adanya kasus.
“Bahkan, dilakukan pembedahan sampel ginjal tikus untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri leptospira,”jelasnya.
Puskesmas juga melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) secara langsung dengan melibatkan forkopimca , pemerintah desa dan tokoh masyarakat. Sosialisasi mengenai Leptospirosis juga disebarkan melalui media elektronik seperti WhatsApp, website, serta media sosial milik Puskesmas Ngadirojo.
“Dengan sinergi berbagai pihak, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, terutama saat musim penghujan, demi menekan penyebaran penyakit yang berpotensi mematikan ini,” pungkasnya (not)