Pacitan – lensapacitan.com, Para petani tembakau di Kabupaten Pacitan boleh tersenyum lebar. Pasalnya, dari tahun ke tahun, harga panen tembakau mereka terus mengalami kenaikan.
Menurut Kabid Perkebunan Dinas Tanaman Pangan dan Pertanian Pacitan, Joko Rinanto, saat ini harga tembakau kualitas super sudah menyentuh kisaran Rp 35 ribu hingga Rp 45 ribu per kilogram (kg). “Rata-rata, petani bisa menjual dengan harga Rp 30 ribu per kg,” kata Joko saat dikonfirmasi, Senin (14/10).
Seiring dengan kenaikan harga tembakau, para petani semakin terdorong untuk memperluas lahan tanam mereka. Selain itu, mereka juga semakin maju dalam pengembangan teknologi. “Selain peningkatan jumlah lahan, bantuan langsung tunai (BLT) juga bertambah. Sekarang ini, pengelolaan kelembagaan sudah sistematis, inovatif, dan terukur,” lanjut Joko.
Dari segi manajemen, baik manajemen proses, hasil, maupun dampak sudah mulai terlihat. Salah satu indikasinya adalah antusiasme petani untuk menambah luas lahan tanam dan menjual dengan harga yang layak di tingkat gudang.
Secara teknis, irigasi juga menjadi perhatian khusus. “Dengan irigasi yang memadai, kuantitas dan kualitas panen akan lebih baik,” jelasnya.
Lebih lanjut, Joko mengungkapkan bahwa lebih dari setengah jumlah kecamatan di Pacitan sudah bisa disebut sebagai sentra pertanian tembakau, seperti Kecamatan Tegalombo, Kebonagung, Sudimoro, Tulakan, Nawangan, Bandar, Punung, dan Pringkuku. Sedangkan kecamatan lainnya hanya memiliki beberapa area khusus untuk pertanian tembakau.
Joko juga menyebut bahwa setiap tahun jumlah lahan tanam terus meningkat. Pada tahun 2023, luas lahan tembakau mencapai 307 hektare, dan pada tahun 2024 meningkat menjadi 468 hektare.
“Untuk satu hektare lahan, dapat ditanam sekitar 14 ribu hingga 15 ribu batang tembakau. Jenis Virginia dari satu hektare lahan menghasilkan kurang lebih 1,2 ton tembakau rajangan kering, jenis Grompol menghasilkan sekitar 1,8 ton, dan jenis Jawa menghasilkan sekitar 0,8 ton per hektare,” tegasnya. (Red/yun).