“hampir tiga bulan harga telur terus merosot, kalau terus terusan kami bisa collapse,” ujar Panji.
Kondisi ini berat ini harus dialami peternah ayam petelur. Pasalnya di sisi lain, harga pakan ternak ayam petelur terus mengalami kenaikan. Saat ini, harga pakan berada di angka enam ribu per kilogram. Kenaikan harga pakan seperti jagung, bekatul dan konsentrat sudah mengalami kenaikan sejak tahun 2020 lalu.
Panji memprediksi, merosotnya harga telur di tingkat peternak karena ketersediaan telur melimpah. Namun daya beli atau serapan telur masyarakat berkurang.
“selain harganya tinggal 16 ribu harga pakan juga naik siknifikan ,” tambahnya.
Menurutnya keadaat tersebut tidak bisa disiasati dengan menggubah porsi pakan ayamnya, karena akan berpengaruh pada kwalitas produksi telur , idealnya jika harga pakan enam ribu perkilogram, maka harga telur ayam dari peternak yang berada di atas 19 hingga 20 ribu per kilogram. Dengan anjloknya harga telur ayam dan naiknya harga pakan membuat para peternak harus menanggung kerugian cukup besar.
“kalau kami jual dibawah harga standar kami tidak bisa membayar karyawan dan angsuran bank,” terangnya.
Panji hanya bisa pasrah dengan kondisi tersebut, ia menyiasati untuk tidak mendistribusikan telurnya ke pedangan terlebih dahulu sembari menggu harga telur mengalami kenaikan. Dirinya tidak berani menjual telur seperti biasanya karena karena tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan, Panji juga berharap kepada pemerintah daerah untuk segera melakukan intervensi atau mencari solusi agar harga telur kembali normal dan harga pakan turun.”
.saya berharap keterlibatan pemerintah daerah, misalnya memberikan bibit jagung kepada para petani, ketika nanti panen harga jagung tidak melambung tinggi dan memberatkan para peternak telur,”harapnya. (hyo)