Menu

Mode Gelap
Baginda Rahadian Pratama Terpilih Nahkodai KONI Pacitan 2025–2029 Harga Cabai di Pacitan Melejit Dua Kali Lipat, Pedagang dan Warga Menjerit 45 Desa Gagal Serap Dana Desa Tahap II, DPRD Pacitan Tekankan Pentingnya Kecepatan Administrasi Pemdes 14 Hari Operasi Zebra Semeru 2025 di Pacitan, Pelanggaran Lalu Lintas Tembus 6.286 Kasus Pendamping Desa Kecamatan Tulakan Ungkap Penyebab Gagal Cairnya Dana Desa Tahap II Rem Blong, Pemotor Nganjuk Terjun ke Jurang 10 Meter di Jalur Alternatif Pacitan–Solo

Hukum

Gugatan terhadap Bupati Pacitan Ambigu, Praktisi Hukum: Penggugat Harus Memahami Kompetensi dan Regulasi

badge-check


 Gugatan terhadap Bupati Pacitan Ambigu, Praktisi Hukum: Penggugat Harus Memahami Kompetensi dan Regulasi Perbesar

Pacitan – Gugatan hukum terhadap Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji, terus menjadi perhatian publik dan kalangan praktisi hukum di Pacitan. Salah satu praktisi hukum senior, Danur Suprapto, memberikan pandangannya terhadap gugatan yang diajukan tersebut. Menurutnya, pemahaman yang baik terhadap kompetensi absolut dan regulasi yang berlaku sangat penting agar penggugat tidak terjebak dalam dilema hukum, termasuk potensi gugatan balik dari pihak tergugat.

 

“Menjadi penggugat itu boleh saja, tetapi harus jelas kompetensi absolutnya. Hati-hati dalam memaknai regulasi. Jika asal menggugat tanpa pemahaman yang mendalam, hal ini bisa berbalik menjadi dilema,” ujar Danur Suprapto.

 

Danur juga mengutip Pasal 64 ayat (1) Permendagri Nomor 3 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Dana BOS, yang mengatur bahwa pemerintah daerah dapat mengalokasikan dana BOS di luar Dana Alokasi Khusus (DAK) sesuai peraturan yang berlaku. “Artinya, kebijakan ini tidak bersifat wajib dan bisa dialokasikan untuk program lain yang mendukung hak siswa,” jelasnya.

 

Lebih lanjut, Danur menyoroti dua kelemahan dalam gugatan tersebut. Pertama, error in persona, yang mana gugatan seharusnya ditujukan ke kantor pemerintah kabupaten, bukan ke rumah pribadi bupati. “Gugatan yang menyasar pribadi pejabat hanya berlaku jika terkait masalah personal seperti utang atau waris,” paparnya.

 

Kedua, ia menegaskan bahwa kompetensi absolut seharusnya berada di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) karena kasus ini berkaitan dengan kebijakan administrasi pemerintahan, bukan di pengadilan umum.

 

Menutup pendapatnya, Danur mengingatkan pentingnya kehati-hatian hakim dalam memutus perkara ini. “Hakim harus cermat dan teliti, mengingat kompleksitas dan aspek hukum yang melingkupinya,” pungkas Danur.

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

14 Hari Operasi Zebra Semeru 2025 di Pacitan, Pelanggaran Lalu Lintas Tembus 6.286 Kasus

2 Desember 2025 - 19:57 WIB

Isu Korupsi Mencuat, PMII Minta Polres dan Polda Ungkap Perkembangan Kasus 

28 November 2025 - 20:09 WIB

Tak Terbukti Jadi Mucikari, Perempuan Asal Wonogiri Dibebaskan PN Pacitan

2 Juli 2025 - 16:09 WIB

Polres Pacitan Gelar Operasi Gabungan, Motor Diamankan karena Knalpot Brong dan Balap Liar

11 Mei 2025 - 18:28 WIB

Diduga Lakukan Penipuan dan Pengancaman Gadai Motor, Warga Pacitan Dibekuk Polisi

10 Mei 2025 - 11:01 WIB

Trending di Hukum