Pacitan – Ramadan dan budaya rontek gugah sahur layaknya air dan ikan bagi warga Pacitan. Tak bisa dipisahkan, ajang kelompok pemuda berkeliling desa memukul kentongan dan alat musik jelang waktu sahur telah menjadi khasanah budaya daerah.
Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji mengatakan rontek gugah sahur telah menjadi budaya melekat bagi pemuda saat bulan ramadhan tiba. Dilakukan masyarakat setiap tahun, tradisi tersebut diungkapnya menjadi agenda yang dinanti-nanti setiap masyarakat.
”ketika saya kecil sudah ada, ini bentuk antusiasme masyarakat dalam menyambut bulan Ramadhan,” kata mas Aji sapaan Bupati.
Sebagai bentuk apresiasi, Bupati menyempatkan diri menyaksikan ribuan massa menggelar tradisi seni rontek gugah sahur pada minggu(7/3) dini hari. Meskipun kerap diwarnai friksi antara peserta, Mas aji mengajak para pegiat dan seniman untuk tetap kompak menjaga tradisi asli Pacitan ini.
” tradisi ini (rontek gugah sahur) ada sebelum festival rontek, kami mengakomodir dengan menerjunkan petugas keamanan. Sebagai bentuk apresiasi kami melihat langsung,” tandas Mas Aji.
Bahkan, Mas Aji mengajak forkopimda juga ikut menjadi peserta ikut menyemarakkan tradisi Ramadan ini. namun gagasan itu perlu dikaji bersama berbagai pihak termasuk pemerintah desa.
Disamping itu, lanjut Mas Aji, rontek gugah saur saat ini telah menjadi tradisi dan cikal bakal Festival Rontek Pacitan. Dikemas sedemikian rupa menjadi seni musik dan pertunjukan, event tersebut bahkan telah masuk 110 Kharisma Event Nusantara (KEN) 2023 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).” yang utama tetap kompak, damai dan kondusif,” pesan mas Aji.