PACITAN – Memasuki hari ke-16 Ramadhan 2025, tradisi rontek gugah sahur di Pacitan berlangsung aman dan kondusif. Sportivitas peserta semakin tinggi, begitu pula antusiasme warga yang menonton. Rontek bukan sekadar ajang membangunkan sahur, tetapi juga simbol kebersamaan dan pelestarian budaya daerah.
Tahun ini, rontek diikuti oleh 16 desa dan kelurahan, dengan pelaksanaan kegiatan dibagi dalam empat rayon: utara, barat, timur, dan selatan. Setiap kelompok rontek dikawal ketat oleh petugas gabungan untuk memastikan keamanan acara.
Namun, ada yang berbeda dari malam-malam sebelumnya. Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna Kabupaten Pacitan turun ke jalan, bukan untuk menghentikan rontek, melainkan untuk memberikan apresiasi kepada para peserta. Mereka membagikan bunga serta makanan ringan sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi para pegiat rontek.
“Rontek gugah sahur ini menurut kami adalah ekspresi kebebasan tanpa syarat. Mereka tidak dibayar, tidak mendapat hadiah, tetapi tetap berangkat dengan ikhlas, bahkan hingga pagi tanpa tidur. Ini benar-benar gerakan merdeka yang digerakkan oleh panggilan hati,” ujar Mulyadi, Ketua Karang Taruna Kabupaten Pacitan.
Sebagai bentuk apresiasi, pihaknya memberikan 1.500 bunga pada malam Sabtu, dan 2.000 bunga serta makanan pada malam Minggu.
“Kami ingin memberi apresiasi, meski hanya sebatas air minum, snack, dan beberapa bunga. Ini tidak sebanding dengan budaya gerakan yang telah terbentuk,” tambahnya.
Tradisi rontek gugah sahur tidak hanya menjadi bagian dari ritual Ramadhan, tetapi juga mencerminkan keguyuban dan kekompakan masyarakat Pacitan. Seluruh pihak, mulai dari pemerintah daerah, aparat keamanan, hingga para pegiat budaya, turut berperan dalam menjaga tradisi ini tetap lestari. (not)