PRINGKUKU – lensapacitan.com, Perlahan-lahan langkah sunyi
Didik Budi Effedi menyusuri setiap kebun ketela di desa Watukarung. Sembari
menenteng jaring ikan ditangannya, bola matanya tak henti mengamati dedaunan
sekitar. Tanpa aba-aba, jaring yang semula tertata rapi dilemparnya menyebar
menutupi ribunnya dedaunan. Dari belakang istrinya berlari mengikuti sang suami
mendekat dan masuk kedalam jaring.
Akhir bulan Februari hingga Maret, menjadi kebiasaan Didik
berburu belalang. Saban pagi, didampingi Ika Salina -istrinya, keduanya menyusuri setiap rumbuk dedaunan
ketela di Watukarung. Bahkan warga Dusun Bulu, Kalak, Donorjo itu rela menempuh
jarak lebih dari 10 kilometer untuk berburu belalang. Hasil buruannya tersebut
bakal dikumpulkan dan jual pada pengepul malam harinya. ‘’Kalau pagi berangkat,
nanti siang balik, biasanya malam sudah ada yang datang kerumah untuk beli,’’
jelasnya
Dalam sehari 5 hingga 7 kilogram belalang dapat dikumpulkan.
Cukup mahal, para pengepul mematok harga 40 ribu rupiah perkilo belalang. Meski
untuk mendapatkan satu kilonya, Didik harus berburu hingga 1.5 jam. Pun jika
hoki dalam setengah jam saja, lebih dari setengah kilo belalang berhasil
didapat. ‘’Kalau masih sepi gampang nyarinya, tapi kalau banyak orang biasanya
belalang kabur jadi sulit,’’ terang Didik
Tak hanya disiang hari, Didik terkadang turut berburu dimalam hari. Pria 24 tahun itu menggunakan senter untuk memburu belalang. Saat malam, menangkap hewan kaki panjang tersebut mudah-mudah susah. Selain kudu jeli, dirinya hanya menggunakan tangan untuk menangkap belalang yang hinggap. Alhasil, jika tak terbiasa tangkapan tak sebanyak yang diharapkan. ‘’Paling banyak dua kilo, gak bisa pakai jaring kalau malam, cukup pakai tangan karena belalang pas tidur,’’ ungkap pria satu anak itu.
Selain dijual, beberapa belalang turut dijadikannya sebagai lauk. Biasanya bebelang tersebut dipreteli kaki dan sayapnya untuk dicuci dan digoreng. Tak perlu bumbu istimewa, setelah digoreng garing dengan tambahan bawang dan cabai, laut kaya protein siap disantap. ‘’Gak kalah kalau dibandingkan ayam,’’ pungkas Didik. (sr)