PACITAN, lensapacitan.com – FABA (fly ash andbottom ash) bakal menjadi primadona baru dalam pengembangan industri di dalam negeri. Potensi abu dari pembakaran batu bara cukup besar. Limbah padat itu tak beracun. Peraturan Pemerintah (PP) 22/2021 penyelengaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup itu menetapkan FABA sebagai limbah non B-3.
PLTU Pacitan telah mengantongi izin pemanfaatan FABA sejak Desember 2020. Sesuai SK S 891/Menlhk/setjen/PLB 3/12/2020, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan PLTU Pacitan telah memenuhi syarat untuk pengelolaan dan pemanfatan limbah terkait.
‘’Kami terus memanfatkan FABA secara maksimal, baik lewat kegiatan internal maupun eksternal. Kami harapkan masyarakat saling mendukung dan kerjasama dalam pemanfaatannya,’’ tuturnya.
Paving, batako, kanstain, precast dan readymix merupakan produk nyata yang dihasilkan dari daur limbah FABA di PLTU Pacitan. Hingga Juli 2021, 6.907 ton Faba telah dimanfatakan. Sebelum dan sesudah dicetak, dilakukan uji laboratorium, baik uji karesteristik limbah B3 (toxicity characteristic leaching procedure), TCLP maupun LD50. Seluruh parameternya telah memenuhi standar baku mutu.
‘’Kami sudah implementasikan untuk pembangunan rumah warga kurang mampu, pengecoran jalan serta pemasangan breakwater pemecah gelombang dan pemasasangan kanstain untuk internal perusahaan,’’ urainya.
Direktur Operasi II PT Pembangkit Jawa Bali Rachmanoe Indarto mengapresiasi langkah positif yang dilakukan PJB UBJOM PLTU Pacitan. Dengan PP terbaru, FABA telah dikeluarkan dari golongan limbah B3 sehingga pemanfaatnya dapat lebih leluasa. Salah satunya diimplementasikan untuk mendukung pembangunan desa agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
‘’Nanti kita bisa berkolaborasi dan mensupport material FABA ke desa-desa,’’ tuturnya. (nch/not)