PACITAN, lensapacitan.com, Suara sirine membuat puluhan siswa pondok Pesantren Al Anwar panik. Suasana kelas yang semula tenang, berubah gaduh. Sembari memegangi kepala, saban siswa saling berlomba masuki kolong meja masing-masing. Menyelamatkan diri, antisipasi adanya benda berjatuhan imbas kuatnya getaran gempa 8 SR yang mereka rasakan kemarin (6/Oktober)
Dipandu beberapa guru satu persatu, para siswa MTs itu berlarian menuju tanah lapang. Disana, beberapa siswa kelas lain pun nampak telah datang lebih awal. Wajah panik terpancar dari para siswa yang terkumpul disana. Imbas kuatnya gempa yang melanda sekolah mereka.
‘’Itu tadi simulasi yang kita lakukan antisipasi saat adanya gempa, kita arahkan untuk ke lapangan,’’ papar Aslichatul Insiyah, ketua tim Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) BPBD Jatim.
Masuk kawasan zona merah bencana, simulasi itu dipandang wajib dilakukan. Mencegah adanya korban bilamana bencana sewaktu-waktu melanda. Terlebih, sebagian bangunan sekolah berlantai dua. Hingga simulasi pun masif diharapkan terjadwal dilakukan.
‘’Minimal setahun kami minta dilakukan sekali, lebih baik kalau dua bulan atau tiga bulan sekali,’’ terangnya
Selain gempa, para siswa itu juga mendapat pelajaran memadamkan kebakaran. Bebekal karung goni yang dibasahi, satu persatu siswa dan guru menjajal menutup kobaran api yang disiapkan petugas. Termasuk menjajal pemadaman menggunakan tabung apar. ‘’Deg-degan waktu mau nyoba nutup apinya, karena takut panas juga,’’ ujar Tri Lestari salah seorang siswa