Menu

Mode Gelap
Hendak Pulang dari Masjid, Lansia di Pacitan Jadi Korban Kecelakaan Festival Ronthek Pacitan 2025 Usai, Serap Anggaran Rp 410 Juta, Ini daftar Juaranya Pring Sedhapur’ Tulakan Usung Tema Gerhana Bulan, Sajikan Atraksi Sarat Nilai Rontek Tegalombo Usung Tema “Murwokolo”, Pukau Penonton dengan Nuansa Islami Ronthekantrupus Punung Tampil Memukau, Usung Konsep Ramah Lingkungan di Festival Rontek 2025 Legenda Lembah Lembu Jadi Suguhan Memikat dari Kecamatan Bandar di Panggung Ronthek 2025

Ekonomi

Tempe Buntel Daun, Kekhasan Kuliner Desa Sembowo Kecamatan Sudimoro

badge-check


					Wati Menunjukkan Tempe Buatannya saat Bazar Kentong Aji Beberapa Waktu Lalu (foto: Trinoto - Lensa Pacitan) Perbesar

Wati Menunjukkan Tempe Buatannya saat Bazar Kentong Aji Beberapa Waktu Lalu (foto: Trinoto - Lensa Pacitan)

Sudimoro – lensapacitan.com, Desa Sembowo, Kecamatan Sudimoro, Pacitan, dikenal memiliki produk kuliner khas berupa tempe yang dibungkus dengan daun jati dan daun pisang. Tempe buntel daun ini menawarkan cita rasa unik yang tidak ditemukan pada tempe umumnya. Aroma khas dari daun jati dan daun pisang memberikan sensasi berbeda yang menggugah selera.

Produk khas ini banyak dijual di pasar tradisional sekitar desa. Menariknya, pola produksi tempe di Desa Sembowo cukup bervariasi. Beberapa warga memproduksi tempe setiap hari, sementara lainnya hanya membuatnya menjelang hari pasaran, sesuai tradisi lokal.

Keunikan tempe asal Sembowo terletak pada pembungkusnya yang selalu menggunakan daun, baik daun jati maupun daun pisang. Tidak seperti kebanyakan tempe di pasar yang sering menggunakan plastik atau gedebok, tempe ini tetap mempertahankan tradisi ramah lingkungan.

Menurut Wati (39), salah satu produsen tempe di desa tersebut, setiap harinya ia membutuhkan bahan baku antara 5 hingga 20 kilogram kedelai untuk memenuhi permintaan pelanggan.

“Proses pembuatannya sebenarnya sama seperti tempe pada umumnya. Bedanya, kami hanya menggunakan daun sebagai pembungkusnya. Ini yang membuat rasa dan aromanya lebih khas,” ujar Wati.

Tempe buntel daun ini menjadi produk yang dinantikan masyarakat, terutama saat hari pasaran. Permintaan yang cukup tinggi membuat para produsen terus menjaga kualitas dan rasa tradisionalnya. Selain menjaga tradisi, inovasi pembungkus alami ini juga menjadi langkah kecil dalam mendukung gaya hidup yang ramah lingkungan.(not)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Rontek Tegalombo Usung Tema “Murwokolo”, Pukau Penonton dengan Nuansa Islami

7 Juli 2025 - 16:53 WIB

Retreat Partai Demokrat di Pacitan, UMKM dan Hotel Ketiban Berkah

7 Juli 2025 - 12:26 WIB

Ribuan Lansia di Pacitan Terima Bantuan Tunai Rp500 Ribu dari Program PKH Plus

18 Juni 2025 - 12:14 WIB

Peternak Pacitan Bangga, Sapi Peliharaannya Dibeli Presiden Prabowo untuk Kurban

5 Juni 2025 - 12:42 WIB

MFA Sebagai Penjamin Akuntabilitas dan Keamanan Pengguna

5 Juni 2025 - 11:45 WIB

Trending di Ekonomi