Menu

Mode Gelap
Ketidakakuratan Data DTSEN Picu Keluhan Bansos di Pacitan, Pendamping PKH: “Kunci Perbaikan Ada di Desa” Sheila Tetap Setia Dampingi Mbah Tarman Meski Suami Resmi Ditahan dalam Kasus Cek Rp3 Miliar Cek Rp3 Miliar Diduga Palsu, Kakek Tarman Resmi Ditahan Polres Pacitan APEDNAS Jatim Semprot Pemdes Pacitan: 45 Desa Kehilangan Dana Desa Rp10 Miliar Lebih Didapati di Perempatan Cuik, Pria “Tersesat” Berpindah-Pindah Kota Diduga Gunakan Modus Baru Baginda Rahadian Pratama Terpilih Nahkodai KONI Pacitan 2025–2029

Ekonomi

Tempe Buntel Daun, Kekhasan Kuliner Desa Sembowo Kecamatan Sudimoro

badge-check


 Wati Menunjukkan Tempe Buatannya saat Bazar Kentong Aji Beberapa Waktu Lalu (foto: Trinoto - Lensa Pacitan) Perbesar

Wati Menunjukkan Tempe Buatannya saat Bazar Kentong Aji Beberapa Waktu Lalu (foto: Trinoto - Lensa Pacitan)

Sudimoro – lensapacitan.com, Desa Sembowo, Kecamatan Sudimoro, Pacitan, dikenal memiliki produk kuliner khas berupa tempe yang dibungkus dengan daun jati dan daun pisang. Tempe buntel daun ini menawarkan cita rasa unik yang tidak ditemukan pada tempe umumnya. Aroma khas dari daun jati dan daun pisang memberikan sensasi berbeda yang menggugah selera.

Produk khas ini banyak dijual di pasar tradisional sekitar desa. Menariknya, pola produksi tempe di Desa Sembowo cukup bervariasi. Beberapa warga memproduksi tempe setiap hari, sementara lainnya hanya membuatnya menjelang hari pasaran, sesuai tradisi lokal.

Keunikan tempe asal Sembowo terletak pada pembungkusnya yang selalu menggunakan daun, baik daun jati maupun daun pisang. Tidak seperti kebanyakan tempe di pasar yang sering menggunakan plastik atau gedebok, tempe ini tetap mempertahankan tradisi ramah lingkungan.

Menurut Wati (39), salah satu produsen tempe di desa tersebut, setiap harinya ia membutuhkan bahan baku antara 5 hingga 20 kilogram kedelai untuk memenuhi permintaan pelanggan.

“Proses pembuatannya sebenarnya sama seperti tempe pada umumnya. Bedanya, kami hanya menggunakan daun sebagai pembungkusnya. Ini yang membuat rasa dan aromanya lebih khas,” ujar Wati.

Tempe buntel daun ini menjadi produk yang dinantikan masyarakat, terutama saat hari pasaran. Permintaan yang cukup tinggi membuat para produsen terus menjaga kualitas dan rasa tradisionalnya. Selain menjaga tradisi, inovasi pembungkus alami ini juga menjadi langkah kecil dalam mendukung gaya hidup yang ramah lingkungan.(not)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Harga Cabai di Pacitan Melejit Dua Kali Lipat, Pedagang dan Warga Menjerit

3 Desember 2025 - 19:31 WIB

25 Ribu Warga Pacitan Dicoret dari BLTS Kesra, Verifikasi Dilakukan di Tingkat Desa

30 November 2025 - 15:14 WIB

Program MBG Buka Lapangan Kerja, Warga Pacitan Kini Punya Pekerjaan Tetap

27 November 2025 - 21:23 WIB

Keluhan Nelayan Dipenuhi, Pengerukan Sedimentasi di Pelabuhan Tamperan Resmi Dimulai

24 November 2025 - 19:48 WIB

Harga Kebutuhan Pokok di Pacitan Merangkak Naik, Pedagang Pasar Minulyo Keluhkan Stok Menipis

21 November 2025 - 19:33 WIB

Trending di Ekonomi