Menu

Mode Gelap
Hendak Pulang dari Masjid, Lansia di Pacitan Jadi Korban Kecelakaan Festival Ronthek Pacitan 2025 Usai, Serap Anggaran Rp 410 Juta, Ini daftar Juaranya Pring Sedhapur’ Tulakan Usung Tema Gerhana Bulan, Sajikan Atraksi Sarat Nilai Rontek Tegalombo Usung Tema “Murwokolo”, Pukau Penonton dengan Nuansa Islami Ronthekantrupus Punung Tampil Memukau, Usung Konsep Ramah Lingkungan di Festival Rontek 2025 Legenda Lembah Lembu Jadi Suguhan Memikat dari Kecamatan Bandar di Panggung Ronthek 2025

Ekonomi

Katiyem, Wanita Perajin Kalakan: Kisah Sukses Memelihara Tradisi dan Menghadirkan Kelezatan Pedas Pacitan

badge-check


					Katiyem, Wanita Perajin Kalakan: Kisah Sukses Memelihara Tradisi dan Menghadirkan Kelezatan Pedas Pacitan Perbesar

PACITAN – KALAKAN, makanan khas yang satu ini mungkin belum begitu familiar di telinga banyak orang. Namun, bagi warga Kabupaten Pacitan, Kalakan merupakan sajian yang tak bisa dilewatkan. Kalakan merupakan olahan ikan pari yang disajikan seperti sate, namun dengan rasa yang super pedas dan menggugah selera.

Salah satu pengolah Kalakan yang terkenal di Pacitan adalah Katiyem, seorang wanita berusia 60 tahun dari Dusun Suruhan, Desa Sirnoboyo. Katiyem telah puluhan tahun mengolah Kalakan dan menjadikannya warisan turun temurun. 

“Ini adalah usaha turun temurun, saya meneruskan usaha orang tua dulu,”katanya Senin, (13/5/2024). 

Meski asap putih dari pembakaran ikan pari di ruang dapurnya membuat matanya pedih, namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya.

Diruang berukuran 2 meter kali 2 meter di atas dapur rumahnya, Katiyem menjadikan tempat pengasapan Kalakan. Proses pembuatan Kalakan dimulai dengan memotong ikan pari menjadi segi empat dan mencucinya bersih. Selanjutnya, dengan ciri khasnya, Katiyem menyunduk lidi pada daging ikan sebelum proses pengasapan dimulai.

Nenek 60 tahun itu terus membakar potongan ikan pari yang telah disundul lidi di atas tungku api. Kayu yang dipilihnya bukan kayu keras, melainkan kayu sengon yang mengeluarkan asap tebal ketika dibakar. Meski terkadang ia harus mengusap matanya karena tak kuat merasakan pedih, namun Katiyem tetap fokus membalik daging ikan agar tidak gosong.

Setelah proses pengasapan selesai, Katiyem melanjutkan dengan membungkus ikan menggunakan daun pisang. Satu bungkus Kalakan berisi 10 sunduk dan dijual dengan harga 10 ribu rupiah per bungkusnya. Menurut Katiyem, bungkusnya menggunakan daun pisang agar rasanya lebih alami.

Setiap pagi, Katiyem membawa Kalakan ke Pasar Minulyo Baleharjo Pacitan. Dalam hitungan jam, sekitar 50 hingga 60 bungkus Kalakan habis terjual. Dengan begitu, Katiyem bisa meraup penghasilan sekitar 500 hingga 600 ribu rupiah per hari. “Biasanya berangkat jam empat, dan jam 6 sudah habis,, jelasnya lagi.

Rutinitas ini dilakukan Katiyem setiap hari, hanya berhenti ketika stok ikan habis di dalam ruang penyimpanannya. “Kalau stok ikan masih, ya setiap hari produksi,” ujarnya. 

Dengan keunikan rasanya dan kisah perjuangan Katiyem, Kalakan menjadi salah satu kuliner yang patut dicoba jika Anda berkunjung ke Kabupaten Pacitan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Rontek Tegalombo Usung Tema “Murwokolo”, Pukau Penonton dengan Nuansa Islami

7 Juli 2025 - 16:53 WIB

Retreat Partai Demokrat di Pacitan, UMKM dan Hotel Ketiban Berkah

7 Juli 2025 - 12:26 WIB

Ribuan Lansia di Pacitan Terima Bantuan Tunai Rp500 Ribu dari Program PKH Plus

18 Juni 2025 - 12:14 WIB

Peternak Pacitan Bangga, Sapi Peliharaannya Dibeli Presiden Prabowo untuk Kurban

5 Juni 2025 - 12:42 WIB

MFA Sebagai Penjamin Akuntabilitas dan Keamanan Pengguna

5 Juni 2025 - 11:45 WIB

Trending di Ekonomi