PACITAN – Lensa Pacitan, Berpuluh tahun mengenakan jas putih dan mendengar keluhan pasien di ruang praktik, kini dr. Warkim Sutarto memilih arena yang lebih luas untuk mengabdikan diri: dunia politik. Keputusan ini bukan tanpa pertimbangan. Baginya, membantu orang satu per satu sebagai dokter memang mulia, tetapi menciptakan kebijakan yang berdampak bagi ribuan, bahkan jutaan orang, adalah bentuk pengabdian yang lebih besar.
Langkahnya terjun ke politik sempat mengundang tanya dari keluarga dan kolega. “Apa masih kurang nyaman berpraktik?” tanya mereka. Namun, bagi dr. Warkim, politik bukan tentang kenyamanan atau materi, melainkan perjuangan untuk membawa perubahan. Ia terinspirasi oleh pemikiran Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, yang menyatakan bahwa jika orang baik tidak masuk ke politik, maka para penjahatlah yang akan mengisinya.
Berbekal pengalaman panjang di sektor kesehatan, ia melihat berbagai permasalahan yang butuh perhatian serius, seperti ketimpangan akses BPJS Kesehatan dan minimnya layanan ambulans gratis di desa-desa. Melalui kebijakan yang tepat, ia ingin memperjuangkan pemerataan layanan kesehatan agar benar-benar berpihak kepada masyarakat yang membutuhkan.
Jejak pengabdiannya bukan baru dimulai saat mencalonkan diri. Sejak mendirikan Klinik Rawat Inap Medical Mandiri Pacitan, ia rutin menggelar pengobatan gratis ke pelosok desa. Bahkan setelah kliniknya berkembang menjadi rumah sakit, ia tetap aktif dalam kegiatan sosial. “Kedekatan saya dengan masyarakat bukan sekadar program politik, melainkan bagian dari komitmen saya sebagai dokter,” ujarnya.
Memasuki dunia politik tentu bukan hal mudah. Dr. Warkim mengakui bahwa ia masih harus banyak belajar tentang birokrasi dan tata kelola pemerintahan. Demi memperdalam pemahamannya, ia melanjutkan studi S3 di bidang ilmu pemerintahan. “Jika ingin membuat perubahan, saya harus memahaminya dengan baik,” katanya.
Kini, dengan tekad kuat, dr. Warkim melangkah ke panggung politik, membawa harapan besar bagi masyarakat Pacitan. Ia percaya bahwa politik bukan sekadar alat meraih kekuasaan, melainkan jalan pengabdian untuk menciptakan perubahan nyata. Perjalanan ini baru dimulai, dan ia siap menghadapi tantangan yang ada. (*)