PACITAN – Penampilan memukau kembali tersaji di ajang Festival Rontek Pacitan 2025. Kali ini giliran Kecamatan Punung yang mencuri perhatian ribuan penonton lewat pertunjukan bertajuk Ronthekantrupus. Mengusung tema ramah lingkungan, grup kesenian asal Punung ini tampil sebagai peserta kedua dalam malam pawai budaya yang digelar di jantung Kota Pacitan, Minggu (6/7/2025).
Dengan irama kentongan rancak, paduan musik harmonis, dan tarian dinamis, penampilan Punung tak hanya memikat secara artistik tetapi juga menyampaikan pesan mendalam. Camat Punung, Pudji Haryono, menjelaskan bahwa Ronthekantrupus terinspirasi dari kehidupan masyarakat Desa Ploso yang dikenal sebagai sentra produksi genteng dan batu bata berkualitas.
“Terakota memang berasal dari tradisi Italia, tapi di Ploso kami punya warisan serupa. Proses membuat genteng dan batu bata adalah bagian dari kehidupan warga yang telah berlangsung turun-temurun,” ungkap Pudji.
Proses tersebut divisualisasikan secara simbolik melalui rangkaian tari mulai dari pengambilan tanah liat, penggilingan, pencetakan, hingga pengeringan dan pembakaran. Semua tahapan itu menggambarkan perjalanan panjang penuh usaha untuk menghasilkan sesuatu yang kuat dan bernilai.
“Seperti hidup manusia, semua butuh proses yang tidak mudah. Tapi jika dijalani dengan tekun, hasilnya akan kokoh dan bermakna,” imbuhnya.
Yang membuat penampilan Kecamatan Punung berbeda dari yang lain adalah komitmennya terhadap pelestarian lingkungan. Mereka menggunakan sistem audio bertenaga baterai demi mengurangi kebisingan, serta properti panggung yang seluruhnya terbuat dari bahan alami dan ramah lingkungan.
“Ini bentuk harmoni antara seni dan kelestarian alam. Sebuah kesadaran kolektif yang kami bawa ke atas panggung,” kata Pudji.
Festival Rontek Pacitan 2025 yang masuk dalam kalender Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini semakin menegaskan posisi Pacitan sebagai daerah dengan kekayaan budaya yang hidup. Setiap kecamatan berlomba menampilkan pertunjukan dengan identitas lokal yang kuat, salah satunya Punung lewat Ronthekantrupus.
“Ini bukan sekadar pertunjukan seni. Ini adalah cerita perjuangan hidup kami yang diwariskan dari generasi ke generasi,” pungkasnya.