ARJOSARI – lensapacitan.com, Sejumlah wilayah di Kabupaten Pacitan
mengalami kekeringan dampak dari kemarau panjang. Kesulitan mendapatkan air
bersih, warga terpaksa memanfaatkan sumber air yang kurang layak untuk memenuhi
kebutuhan air sehari-hari.
mengalami kekeringan dampak dari kemarau panjang. Kesulitan mendapatkan air
bersih, warga terpaksa memanfaatkan sumber air yang kurang layak untuk memenuhi
kebutuhan air sehari-hari.
Sekitar belasan Kepala Keluarga Di RT. 05/07, Dusun Ngasem, Desa
Gembong Kecamatan Arosari terpaksa mengkonsumsi air kotor dan berbau, wilayah
itu tak pernah tersentuh dropping air dari BPBD setempat, lantaran medan yang
tak bisa dijangkau kendaraan roda empat.
Gembong Kecamatan Arosari terpaksa mengkonsumsi air kotor dan berbau, wilayah
itu tak pernah tersentuh dropping air dari BPBD setempat, lantaran medan yang
tak bisa dijangkau kendaraan roda empat.
“Wilayah kami memang susah dilalui kendaraan besar, jadi kalau ada
bantuan air ya hanya di wilayah yang terjangkau,” Ungkap Marjuni salah satu
warga.
bantuan air ya hanya di wilayah yang terjangkau,” Ungkap Marjuni salah satu
warga.
Mereka harus berjalan kaki sejauh
satu kilometer melewati bukit untuk menuju mbelik (sumber mata air) di sungai
terdekat. Kondisi air di sungai yang menjadi jujukan warga itu sangat
memprihatinkan. Selain debit airnya yang semakin mengecil. Air yang digunakan
warga tersebut keruh dan dipenuhi kotoran daun kering.
satu kilometer melewati bukit untuk menuju mbelik (sumber mata air) di sungai
terdekat. Kondisi air di sungai yang menjadi jujukan warga itu sangat
memprihatinkan. Selain debit airnya yang semakin mengecil. Air yang digunakan
warga tersebut keruh dan dipenuhi kotoran daun kering.
“Sumber yang ada dan terdekat ya
hanya disungai ini, itupun kondisinya seperti ini,” lanjutnya.
hanya disungai ini, itupun kondisinya seperti ini,” lanjutnya.
Untuk mendapatkan air warga pun
harus antri, selama setengah jam hingga satu jam, tergantung banyaknya warga
yang mengantri. Air sungai itu mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari,
seperti minum, memasak dan mandi.
harus antri, selama setengah jam hingga satu jam, tergantung banyaknya warga
yang mengantri. Air sungai itu mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari,
seperti minum, memasak dan mandi.
“Paling banyak warga ambil air itu
pagi dan sore, jadi harus bergantian mendapatkan airnya,” lanjut Siti Sukamti,
warga lainnya.
pagi dan sore, jadi harus bergantian mendapatkan airnya,” lanjut Siti Sukamti,
warga lainnya.
Warga tak lagi memperdulikan
kesehatannya, Air yang tidak layak konsumsi itu terpaksa mereka gunakan lantaran
sumber lain sudah mengering. “Adanya Cuma ini ya mau gimana lagi,” imbuhnya.
kesehatannya, Air yang tidak layak konsumsi itu terpaksa mereka gunakan lantaran
sumber lain sudah mengering. “Adanya Cuma ini ya mau gimana lagi,” imbuhnya.
Setelah mendapatkan air, warga
harus berjalan menaiki bukit dengan membawa ember berisi air, ini mereka
lakukan setiap harinya selama musim kemarau. “Ada sekitar 16 kepala keluarga
yang mengambil air dari sini, yang terdekat berjarak 500 Meter dari rumah,” Jelasnya lagi.
harus berjalan menaiki bukit dengan membawa ember berisi air, ini mereka
lakukan setiap harinya selama musim kemarau. “Ada sekitar 16 kepala keluarga
yang mengambil air dari sini, yang terdekat berjarak 500 Meter dari rumah,” Jelasnya lagi.
Warga Dusun Ngasem, hanya bisa
berharap adanya bantuan dari pemerintah daerah dalam mengatasi kekeringan yang
mereka alami setiap tahunnya. (not)
berharap adanya bantuan dari pemerintah daerah dalam mengatasi kekeringan yang
mereka alami setiap tahunnya. (not)
1 Komentar
Ora umummmmmmmmmmm