KOTA – lensapacitan.com, Nasib nahas dialami oleh Syarif Hidayat. Pelajar SMAN 1 Punung tersebut meninggal akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD). Remaja asal Dusun Jatisari, Desa/Kecamatan Punung itu meninggal usai menjalani perawatan di RS Margo Husada Wonogiri pada Selasa (30/4) lalu. ‘’ Meninggal kurang lebih pukul 17.30, ’’ ungkap ibu Syarif, Tugati.
Tugati mengaku jika awalnya anaknya hanya mengeluh pegal. Permintaan pijat pun dikabulkan. Namun kondisinya belum juga membaik. Syarif justru mengalami demam. Dia sampai dibawa ke dua dokter berbeda. Oleh dokter hanya dikasih obat saja tapi belum disebutkan sakit apa. Hingga akhirnya, Syarif yang selanjutnya dibawa ke Puskemas Punung di rujuk ke RS Darma Medika di Wonogiri. Awalnya Syarif diperkirakan mengalami tipus. ‘’ Kalau tipes sebenarnya sudah diperbolehkan pulang hari itu, ’’ tambahnya.
Namun hasil laboratorium menunjukan jika putranya terkena DBD. Syarif pun kembali dirujuk ke RS Margo Husada Wonogiri setelah sebelumnya menjalani perawatan sekitar dua hari. Meski begitu, Tugati menyebut jika putranya tidak sampai hilang kesadaran. Syarif sekedar mengeluh sesak nafas. Mendadak kondisinya drop. Hanya hitungan menit Syarif dinyatakan meninggal. ‘’ Sebelumnya yang biasa. Kondisinya sadar. Makan juga habis, ’’ bebernya.
Dia pun mengaku sangat kehilangan. Terlebih Syarif menjadi anak semata wayang atas pernikahnya dengan Diyanto. Pasalnya Syarif dikenal penurut dan tidak suka kluyuran. Bahkan Tugati pun menambahkan jika putranya sampai menolak liburan ke Bali bersama sekolah lantaran hanya ingin dirumah. Padahal Tugati maupun suaminya sudah sering kali membujuknya. ‘’ Berulang kali saya rih-rih dengan bapaknya. Tetapi tidak mau katanya capek, ’’ tuturnya.
Usai kejadian tersebut, ternyata Dinas Kesehatan Pacitan buru-buru melakukan fogging. Rencana fogging tersebut diketahui dari pegawai Puskesmas Punung. Awalnya direncanakan Senin (6/5). Lantaran tidak boleh ditunda, Dinkes akhirnya melakukan fogging Sabtu (4/5). Nantinya kembali digelar Sabtu (11/5) mendatang. Fogging dilakukan di kurang lebih 34 desa di sekitar rumah Syarif. ‘’ Sebelumnya ada. Tapi sudah 2 atau 3 tahun lalu, ’’ tambah Ketua RT 01, Tusirin.
Tidak hanya di lingkungan rumah, SMN 1 Punung, sekolah Syarif pun mendadak di fogging. Pun dilakukan dua kali. Berbarengan dengan lingkungan rumah Syarif. Meski begitu, Kepala SMAN 1 Punung, Dwi Agus Setuiawan tidak yakin jika gigitan nyamuk aedes aegepty tersebut berasal dari lingkungan sekolahnya. Alasannya di sekolahnya tidak ada genangan air yang terindikasi menjadi lokasi tumbuhkembang nyamur penyebab DBD itu. ‘’ Apalagi SMAN 1 Punung persiapan sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi, ’’ tuturnya.
Agus pun mengaku jika pihaknya prihatin dan turut berbela sungkawa dengan meninggalnya Syarif. Pasalnya siswanya itu diketahui baik dan sopan. Menurutnya tidak masuknya Syarif pun sempat membuar guru cemas. Hingga akhirnya diketahui jika Syarif sakit. Namun tidak disangka jika akhirnya siswa kelas XI IPS 2 itu sampai meninggal dunia. ‘’ Setelah dapat kabar dari grup Wa. Kami besok paginya langusng kumpulkan guru-guru dan teman-temanya ke rumah duka meski libur, ’’ tambahnya (not)