Menu

Mode Gelap
Loket SKCK Polres Pacitan Membludak, Pemohon PPPK Rela Berdesakan Saung Konservasi Sido Lestari Diresmikan, 500 Tukik Dilepas di Pantai Soge Anggota Polres Pacitan Jadi Korban Tabrak Lari, Polisi Telusuri Pelaku Lewat Rekaman CCTV HUT ke-24, Demokrat Pacitan Gelar Bhakti Sosial hingga Doa Bersama untuk SBY Dorong Ekonomi Lokal, Koperasi Desa Merah Putih Punjung Resmi Beroperasi Polsek Ngadirojo Sulap Lahan Jadi Posko Ketapel, Wujudkan Ketahanan Pangan

Ekonomi

Gurihnya Cuan dari Tiwul Instan, Omzet Jutaan Rupiah Per Bulan

badge-check


					Tiwul Instan Buatan Pasutri Asal Kalikuning Tulakan, (Foto: Trinoto) Perbesar

Tiwul Instan Buatan Pasutri Asal Kalikuning Tulakan, (Foto: Trinoto)

Pacitan, Lensa Pacitan – Tiwul, makanan tradisional berbahan dasar singkong, biasanya membutuhkan waktu dan keterampilan khusus untuk diolah. Namun, pasangan suami istri asal Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan, berhasil mengubah keterampilan ini menjadi sumber penghasilan menjanjikan. Dengan inovasi tiwul instan yang hanya membutuhkan waktu lima menit untuk disajikan, Srini (43) dan Saiful (48) mampu meraih omzet hingga jutaan rupiah setiap bulannya.

Bermula pada 2006, warga Dusun Kepek, Desa Kalikuning, ini mengembangkan produksi tiwul instan secara mandiri. Saiful, meski pekerjaan ini umumnya dilakukan oleh perempuan, dengan cekatan menjalankan proses “muyu” atau membentuk butiran tepung kecil dari gaplek. Setelah itu, butiran tepung dijemur menggunakan tampah hingga kering.

Proses Panjang di Balik Tiwul Instan

Proses pembuatan tiwul instan memakan waktu cukup panjang. Setelah gaplek diolah menjadi butiran kecil, produk ini dimasak selama 15 menit, kemudian kembali dijemur hingga benar-benar kering. Di musim kemarau, pasangan ini mampu memproduksi hingga 40-50 kilogram tiwul instan per hari. Namun, produksi sedikit terkendala saat musim hujan karena membutuhkan waktu lebih lama untuk pengeringan.

Produk tiwul instan ini dikemas dalam plastik berisi 400 gram dan dijual dengan harga Rp8.000 per bungkus. Tidak hanya di Pacitan, produk ini juga telah menembus pasar luar daerah, seperti Semarang dan Surabaya. Berkat kegigihan mereka, usaha ini mampu menghasilkan omzet hingga Rp6 juta per bulan, dengan rata-rata penjualan mencapai tiga kuintal tiwul instan.

Dari Ketekunan Menuju Kesuksesan

Menurut Srini, usaha ini awalnya dilakukan bersama kelompok warga, tetapi banyak anggota mundur karena sulitnya memasarkan produk. Namun, ia dan Saiful tetap bertahan dan berinovasi hingga kini mampu sukses. Selain praktis, tiwul instan ini juga diklaim sehat karena bebas gluten dan tanpa bahan pengawet.

“Dulu susah sekali menjualnya, tapi kami tidak menyerah. Sekarang, kami bisa menyekolahkan kedua anak hingga perguruan tinggi dari usaha ini,” kata Srini. (not)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Dorong Ekonomi Lokal, Koperasi Desa Merah Putih Punjung Resmi Beroperasi

9 September 2025 - 12:55 WIB

Polsek Ngadirojo Sulap Lahan Jadi Posko Ketapel, Wujudkan Ketahanan Pangan

8 September 2025 - 16:08 WIB

Menteri Ekraf: DPRD dan Pemda Harus Bersinergi Kembangkan Ekonomi Kreatif

31 Agustus 2025 - 16:41 WIB

Bimtek Partai Demokrat di Pacitan Jadi Ajang Promosi Pariwisata dan UMKM Lokal

30 Agustus 2025 - 15:28 WIB

Hotel Parai Beach Resort Pacitan Penuh, Pengunjung Datang dari Berbagai Provinsi

30 Agustus 2025 - 14:35 WIB

Trending di Ekonomi