PACITAN – Ribuan masyarakat memadati lapangan Desa Sukorejo, Kecamatan Sudimoro, Selasa (19/8/2025) malam. Guyuran hujan tak menyurutkan antusiasme warga untuk menjadi saksi kemeriahan Festival Kenthong Aji ke-3 yang tahun ini mengusung tema “Ayom Ayem”.
Festival budaya tahunan tersebut tidak hanya menampilkan hiburan rakyat, tetapi juga menyuguhkan ritual sakral Tirto Aji Mahening Suci. Air suci itu berasal dari sepuluh mata air di berbagai desa yang telah disatukan sejak tahun lalu, kemudian dikembalikan ke desa asalnya.
“Air suci ini telah disimpan sejak 2024 di kecamatan, lalu pada festival tahun ini dikembalikan ke desa-desa sumbernya,” terang Camat Sudimoro, Muhammad Taufik Effendi.
Pengembalian air suci juga disertai penyerahan bibit pohon Dewandaru yang ditanam sebagai simbol kewibawaan dan perlindungan, selaras dengan tema Ayom Ayem yang berarti ketenteraman hidup masyarakat.
Selain ritual, festival ini menghadirkan pertunjukan kentongan dari setiap desa di Kecamatan Sudimoro. Kentongan kayu yang dulunya digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat, kini ditabuh secara berkelompok menghasilkan irama rampak nan harmonis yang memanjakan pendengaran penonton.
“Kentongan ini dulunya sangat bernilai bagi warga sebagai alat komunikasi. Melalui festival ini, kami berupaya melestarikan budaya sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat,” tambah Taufik.
Atraksi seni kentongan menjadi magnet tersendiri bagi penonton. Arip, salah seorang warga Pacitan yang hadir, mengaku terkesan dengan suguhan festival ini.
“Pertunjukannya sangat menghibur, sekaligus melestarikan warisan leluhur yang bernilai tinggi,” ujarnya.
Festival Kenthong Aji lahir dari tradisi khas perdesaan di Sudimoro. Kentong yang berarti alat tabuh kayu, dan Aji yang berarti sesuatu yang bernilai, dipadukan menjadi simbol pelestarian budaya.
Selain pertunjukan seni, festival juga dimeriahkan dengan panggung hiburan dan bazar UMKM yang semakin menyemarakkan perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Kecamatan Sudimoro. (not)