BANDAR – lensapacitan.com, Di tengah maraknya produk farmasi modern, jamu tradisional tetap diminati masyarakat, terutama saat pandemi COVID-19 melanda. Hal ini terlihat dari usaha Siti Rohani (36), warga Desa Tumpuk, Kecamatan Bandar, Pacitan, dia bersama anggota kelompoknya terus melestarikan warisan leluhur dengan memproduksi berbagai jamu tradisional. Mulai dari jamu serbuk instan hingga ramuan minuman rempah, seluruh produknya memanfaatkan bahan baku lokal dari wilayah Bandar dan sekitarnya.
“Semua bahan baku berasal dari sini, karena hasil pertanian di wilayah ini melimpah dan cukup lengkap,” ujar Siti, Jumat (8/11/2024).
Siti memulai merintis usahanya setelah mengikuti pelatihan pengolahan biofarmaka yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pacitan pada 2016, yang kini beralih ke Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perindustrian (Diskuperin) Pacitan. Dua tahun setelahnya, pada 2018, Siti mulai memproduksi dan memasarkan jamunya secara mandiri. Ketika pandemi terjadi, produknya semakin dikenal dan laris di pasaran.
Baca juga: Potensi Ekonomi Janggelan di Kecamatan Bandar Pacitan Meningkat Tajam
“Saat itu saya kewalahan melayani pemesan karena jamu dipercaya mampu menangkal COVID-19 sekaligus menyehatkan tubuh,” tambah ibu tiga anak ini.
Siti menawarkan berbagai jenis produk jamu, mulai dari wedang uwuh, wedang telang, serbuk jahe merah, wedang kelor, minuman instan kunyit asem, hingga wedang rosella. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Rp5.000 hingga Rp25.000 tergantung jenis dan ukuran kemasan.
Baca Juga: Dulu Jadi Desa Kekeringan Terparah, Kini Petungsinarang Terbebas Dari Krisis Air Bersih
Pemerintah Kabupaten Pacitan, melalui Diskuperin, turut mendukung perkembangan industri jamu lokal ini. Diskuperin rutin mengadakan pelatihan vokasional bagi pelaku UMKM, guna mengembangkan potensi biofarmaka lokal sebagai lini bisnis yang menjanjikan.
“Diharapkan, dengan pelatihan dapat mendorong anggota menerapkan ilmu yang diperoleh dan mengembangkan bisnis biofarmaka. Ini berpotensi meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha mikro,” ungkap Prayitno, Kepala Diskuperin Pacitan.
Diskuperin tidak hanya memberikan pelatihan vokasional, tetapi juga membimbing para pelaku usaha mikro dalam aspek pemasaran digital melalui marketplace. Para pelaku UKM diberikan pelatihan Host Live Shopping, meliputi pemahaman platform, pembuatan konten, pengembangan kemampuan komunikasi, serta strategi menggunakan metode marketing ini. Mereka juga diajarkan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk mempercantik foto produk agar tampil lebih menarik di pasar digital.
Dengan dukungan pemerintah dan tingginya minat masyarakat, usaha jamu tradisional di Pacitan tidak hanya menjadi warisan budaya tetapi juga peluang ekonomi bagi masyarakat setempat. (not)