Pacitan – lensapacitan.com, Janggelan menjadi salah satu komoditas andalan bagi para petani di Kecamatan Bandar, Kabupaten Pacitan. Tanaman yang menyerupai rumput ini kini dikembangkan secara intensif oleh petani setempat, terutama selama musim penghujan.
Namun saat musim saja, setiap harinya, rata-rata empat hingga enam truk janggelan kering dengan muatan sekitar dua belas ton dikirim ke berbagai wilayah di luar Pacitan.
“Setiap hari ada 4 sampai 6 truk yang keluar, untuk memenuhi kebutuhan pasar di wilayah luar Pacitan,” ujar Haris Kiswanto, salah satu produsen janggelan di Kecamatan Bandar.
Menurut hasil penelitian dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Malang, janggelan asal Pacitan memiliki kualitas terbaik di Indonesia, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Haris memanfaatkan potensi besar ini dengan mengolah janggelan kering menjadi jelly alami yang sering dijadikan bahan campuran minuman segar, seperti es dawet yang banyak dijumpai di Pacitan.
“Yang kami produksi di sini hanya sekitar 10 persen saja, sisanya kami distribusikan ke luar daerah,” tambah Haris.
Dalam sehari, pria yang juga menjabat sebagai kepala desa Jeruk ini bersama 12 karyawannya dapat memproduksi sekitar 60 kilogram janggelan yang sudah diolah. Saat bulan Ramadhan, permintaan jelly meningkat drastis hingga 12 kali lipat dibandingkan hari biasa.
“Biasanya kami memproduksi sekitar 60 kilogram per hari, namun selama Ramadan bisa mencapai 350 kilogram per hari,” jelas Haris.
Baca Juga: Potensi Kakao Desa Wonoanti, Mampu Produksi Dua Ton Dalam Sebulan
Ketersediaan bahan baku janggelan tidak menjadi masalah, karena tanaman ini banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Bandar dan Nawangan. Janggelan Pacitan dikenal unggul, sehingga selain memenuhi kebutuhan lokal, produksi Haris juga dikirim ke wilayah Ponorogo dan Wonogiri, dengan pangsa pasar mencapai 70 hingga 80 persen.
Minuman berbahan janggelan, seperti es dawet, dapat dijumpai di berbagai warung hingga restoran di pelosok desa maupun pusat kota Pacitan. Potensi ekonomi janggelan yang meningkat pesat, terutama selama Ramadan, memberikan peluang yang menjanjikan bagi para produsen dan petani di daerah tersebut.
Di ruang produksi, suara lagu langgam campur sari terdengar sayup dari pabrik janggelan milik Haris di Desa Jeruk. Sejumlah pekerja tampak sibuk di sekitar tiga tungku panas yang digunakan untuk memasak janggelan cair.
Proses produksi di pabrik ini dimulai dengan memasak daun janggelan kering dalam panci besar setinggi dua meter. Proses ini berlangsung selama lima jam sebelum air rebusan disaring dan ditiriskan.
Cairan tersebut kemudian dimasak kembali hingga suhu lebih tinggi, menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utama. Setelah itu, cairan janggelan dicampur dengan tepung terigu hingga mencapai suhu 100 derajat Celcius, dan dicetak dalam ember berukuran 23 kilogram atau 10 kilogram.
Dengan metode produksi yang terjaga dan bahan baku yang melimpah, janggelan dari Pacitan terus merambah pasar luar daerah, membawa nama Pacitan sebagai penghasil janggelan berkualitas terbaik di Indonesia. (not)
1 Komentar