Arjosari – Pemerintah Desa Mlati, Kecamatan Arjosari, bergerak cepat pasca robohnya Cek Dam Dusun Tulakan di aliran Sungai Mlati. Untuk menghindari terhentinya pasokan air ke lahan pertanian, warga bersama pemerintah membangun dam darurat menggunakan tanggul karung berisi pasir (sandbag).
“Kami membuat saluran irigasi menggunakan pipa di sisi kiri dam,” kata Frendi Eka Endrianto, Pj Kepala Desa Mlati, Selasa (8/7/2025).
Langkah ini diambil guna menyelamatkan sekitar 136 hektar sawah yang tersebar di tiga desa, yakni Desa Mlati, Sedayu, dan Tremas. Proses penanganan darurat melibatkan berbagai pihak, mulai dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), TNI-Polri, Dinas PUPR Kabupaten Pacitan, hingga partisipasi masyarakat setempat. Aliran air sementara ini diarahkan menggunakan pipa, dengan sandbag berfungsi sebagai tanggul penahan.
“Setelah kejadian, kami langsung berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan BBWS Bengawan Solo. Harapannya, pembangunan dam permanen bisa segera terealisasi,” imbuh Frendi.
Cekdam yang dibangun pada tahun 1995 itu ambrol sepanjang 40 meter pada Minggu siang, saat cuaca cerah dan aliran sungai relatif tenang. Dugaan sementara, struktur bangunan runtuh karena faktor usia.
“Kami tidak menyangka karena saat kejadian cuaca cerah. Dam itu dibangun pada era Orde Baru,” jelasnya.
Tak hanya mengancam sektor pertanian, kerusakan ini juga dinilai berpotensi mengganggu suplai air bersih warga serta menyebabkan penumpukan sedimen di aliran sungai.
Sebagai langkah antisipatif, pada tahun 2024 lalu, Pemdes Mlati sempat membangun saluran irigasi susulan berbasis perpipaan untuk mengurangi ketergantungan pada cekdam utama.
Hingga saat ini, pembangunan dam sementara masih berlangsung, dengan harapan kebutuhan irigasi tetap terpenuhi menjelang musim tanam berikutnya.
Camat Arjosari, Didik Darmawan, mengapresiasi langkah cepat yang diambil Dinas PUPR dalam membangun dam darurat.
“Ini merupakan langkah tepat untuk menyelamatkan ratusan hektar sawah di Arjosari,” pungkasnya. (tr)