PACITAN – Festival Ronthek Pacitan 2025 resmi berakhir dengan penuh kemeriahan. Salah satu penampilan yang paling mencuri perhatian tahun ini datang dari Kecamatan Bandar. Grup ronthek Lembu Nawasena dinobatkan sebagai Penyaji Unggulan, berdasarkan keputusan dewan juri yang tertuang dalam SK Nomor: 01/PANITIAFRP2025/VII/2025 tentang penetapan pemenang Festival Ronthek Pacitan 2025.
Dengan mengusung tema “Lembah Lembu”, Lembu Nawasena menampilkan cerita rakyat asal Desa Kledung, Kecamatan Bandar, yang mengisahkan sosok spiritual Mbah Iro Kombor. Dalam legenda setempat, Iro Kombor diyakini sebagai tokoh sakti yang tinggal di Bukit Karang Gemblewang dan memiliki kedekatan dengan hewan-hewan buas, khususnya harimau, yang disebut Poro Simo sebagai simbol penjaga alam.
“Ini bukan sekadar legenda, melainkan identitas dan harapan masyarakat kami. Beternak lembu adalah simbol kemakmuran yang erat kaitannya dengan pelestarian alam,” ungkap Camat Bandar, Wuriyanto.
Penampilan Lembu Nawasena yang kuat dalam aspek artistik dan nilai budaya berhasil mengumpulkan 269 poin, hanya terpaut tipis dari Ronthek Pringkuku yang keluar sebagai Penyaji Terbaik.
Wuriyanto turut menyampaikan apresiasi terhadap para seniman muda dan pelatih lokal yang telah bekerja keras menjaga serta menghidupkan kembali kearifan lokal dalam bentuk seni pertunjukan. “Generasi muda di Kecamatan Bandar telah membuktikan bahwa seni tradisi bisa menjadi media edukasi dan refleksi budaya. Ini bukan sekadar tontonan, tapi juga tuntunan,” katanya.
Selain Lembu Nawasena, para pemenang Festival Ronthek Pacitan 2025 lainnya adalah:
Penyaji Terbaik: Rancak Bumbung, Kecamatan Pringkuku
Penyaji Harapan: Garu Bumi, Kecamatan Donorojo
Untuk kategori SMA/sederajat:
Penyaji Terbaik: Bregada Vokasi Adi Budaya, SMKN Pacitan
Penyaji Unggulan: Sasana Kusuma Tuladha Budaya, SMAN 1 Pacitan
Penyaji Harapan: Ronthek Aksoro, MA Al Anwar
Festival Ronthek Pacitan tak hanya menjadi ajang kompetisi seni, tetapi juga ruang pelestarian budaya dan penguatan identitas daerah. Tahun ini, semangat kolaborasi dan kekuatan cerita lokal kembali menjadi kekuatan utama dalam pertunjukan ronthek yang disambut antusias oleh masyarakat Pacitan.





















